SuaraTasikmalaya.id- Kata “maneh” viral setelah Muhammad Sabil Fadillah mengkritik Gubernur Jawa Barat bernama Ridwan Kamil di dalam kolom komentarnya.
Sementara itu, Budayawan sekaligus anggota DPR RI, Dedi Mulyadi berikan tanggapan perihal kasus tersebut.
Muhammad Sabil Fadillah sebagai guru honorer di SMK Telkom Cirebon ini dipecat usai melontarkan kata yang dianggap tak sopan itu kepada Ridwan Kamil.
Diketahui bahwa guru honorer itu telah mendapatkan surat peringatan sebanyak dua kali karena kurang baiknya terkait etika sebagai seorang guru.
Baca Juga:Dipecat Usai Bilang Maneh ke Ridwan Kamil, Guru Sabil Langsung Dikasih Pekerjaan Oleh Dedi Mulyadi
Sementara itu, dilansir Suara Tasikmalaya.id dari YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel, terlihat mantan Bupati Purwakarta itu mengunjungi kediaman Sabil di kota Cirebon.
Dalam momen tersebut, Kang Dedy menanyakan perihal keadaannya sekarang seusai dipecat dari pekerjaannya.
Alumni Universitas Islam Bandung (UNISBA) itu mengaku kalau dirinya sedang mencari pekerjaan selepas dipecat dari pekerjaan sebelumnya.
Namun, penggunaan kata “maneh” yang sebut melanggar etika itu menjadi dasar dirinya dipecat dari pekerjaanya.
Tak jera dengan sebutan maneh terhadap Ridwan Kamil, Sabil justru menyakan perihal sebutan kata “maneh” itu kepada mantan Bupati Purwakarta.
Baca Juga:Daftar Harga dan Cara Membeli Tiket Persib Bandung vs Dewa United
“Berarti boleh manggil maneh ke akang?” ujar Sabil.
Menjawab pertanyaan tersebut, Kang Dedy memberitahu kalau kata maneh itu boleh diucapkan kepada dirinya, karena di salah satu daerah Sunda itu menyebut kata yang terkesan kasar ini menjadi bahasa undangan.
“Sunda itu adalah Sunda awal (wiwitan) seperti daerah Banten, daerah Sukabumi dan sebagian Bogor,” ujar Kang Dedi Mulyadi
Dedi menegaskan kalau kata maneh itu tidak kasar dan memang menyebutkan kata maneh itu boleh, seperti stratifikasi Sunda yang mempunyai arti sauyunan, saamparan sajajaran.
Artinya itu tidak ada kelas sosial, semuanya hidup dalam kesetaraan dan kerukunan, semuanya sama.
Tetapi, berbeda dengan sunda priangan, mulai ada Bahasa Sunda untuk yang tua, seumuran dan yang muda.
Kang Dedi menegaskan, bahasa maneh itu bukan kalimat yang patut dipermasalahkan, namun itu tergantung hati dan pembawaannya.
Muhammad Sabil mengatakan, kata maneh tersebut bukan menegakan arti tidak sopan kepada Ridwan Kamil, melainkan maneh itu sapaan akrab ke Ridwan Kamil, RK dikenal akrab dengan warga dan masyarakat. (*/editor zahran)