Scroll untuk membaca artikel
Sabtu, 18 Maret 2023 | 09:40 WIB

Orang Tasikmalaya Kuasai Bisnis Kuliner di Bali, Awalnya Jadi Tukang Kiridit H Endang Punya Belasan Rumah Makan di Pulau Dewata

Kangdar
Orang Tasikmalaya Kuasai Bisnis Kuliner di Bali, Awalnya Jadi Tukang Kiridit H Endang Punya Belasan Rumah Makan di Pulau Dewata
Makanan khas sunda ini digemari wisatawan mancanegara di Bali (instagram kuliner_bandung)

SuaraTasikmalaya.id- Orang Tasikmalaya Jawa Barat memang sejak lama dikenal sebagai perantau. Profesinya adalah pedagang atau kebanyakan tukang kiridit (menjual barang dengan cara dicicil).

Saking tingginya naluri bisnis urang Tasik, banyak yang menyebut Tasik sebagai “orang Padang” dari Tatar Sunda.

Memang benar Orang Tasik bertebaran di berbagai pelosok tanah air, bahkan luar negeri. Beragam profesi mereka jalani, dari tukang kiridit keliling, pedagang kerupuk, pengusaha kain, rumah makan,hingga pengusaha transportasi.

Makanya jangan heran saat Lebaran mereka pulang kampung lengkap dengan cerita kesuksesaanya. Salah seorang urang Tasik yang sukses di perantauan adalah H. Endang Saeful Ubad (58), Pria Asal Rajapolah ini sukses mengembangkan bisnis kuliner di Bali.

Baca Juga:Penyediaan Air Minum bagi Masyarakat, Presiden Jokowi Resmikan SPAM Regional Banjarbakula di Banjarbaru

Salah satu outlet-nya yang cukup dikenal adalah Food Theatre, rumah makan yang mengambil lokasi di lingkungan Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK).

Setiap orang yang berkunjung ke GWK, seolah “wajib” bertandang ke rumah makan Haji Endang. “Setelah lelah, lapar, dan haus sehabis jalan-jalan di

GWK, para turis pasti mampir ke warung saya untuk makan atau minum,” kata Haji Endang membuka percakapan.

Uniknya, Haji Endang menciptakan suasana rumah makannya sangat khas dan kental dengan atmosfer Sunda. Menu, misalnya, semuanya serba Sunda seperti nasi timbel komplet plus lalab, sambal, dan sayur asem, batagor dan siomay Bandung, hingga minuman es cendol, cingcau, es Pak Oyen, hingga kelapa muda campur gula merah.

“Saya sengaja bawa tiga juru masak dari Tasikmalaya. Mereka saya pilih karena sudah berpengalaman di rumah makan dan jago masak masakan Sunda. Itu sengaja saya lakukan karena yang saya jual adalah masakan Sunda, maka juru masaknya harus paham betul dengan menu masakan Sunda,” katanya.

Baca Juga:Kehilangan Lebih dari 10 Pemain Saat Hadapi Persita, Persija Berharap Pertandingan Ditunda

Demikian pula dengan pelayan, semua berasal dari Sunda. Menurut Haji Endang, hal itu dilakukan dengan beberapa pertimbangan. Jika kebetulan turisnya

orang Sunda, akan tercipta keakraban antara karyawannya dan konsumen lewat komunikasi menggunakan bahasa Sunda.

Sementara itu, jika turisnya bukan dari Sunda, melainkan ingin makan menu khas Sunda, akan merasa yakin karena yang memasaknya orang Sunda.

“Bagaimana pembeli atau konsumen mau percaya kalau kita menyajikan masakan Sunda, sementara pelayannya saja tidak mengerti bahasa Sunda. Bukan soal primordial, melainkan ini mah murni demi kepentingan bisnis,” ujar pria yang mengutamakan aspek kehalalan dalam setiap produk pangan yang dijualnya.

“Ini urusan dunia dan akhirat. Apalagi, saya tahu konsumen saya sebagian besar pasti Muslim,” kata pengusaha yang memulai bisnis di Bali tahun 1989 sebagai pemasok boneka dari Cijerah dan Babakan Sukamulya, Holis, Bandung.

Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika suasana di Food Theatre yang letaknya persis di depan pintu masuk ke Taman Budaya GWK, layaknya rumah makan Sunda di Tatar Priangan. Celoteh dan kalimat khas seperti “Geuning di Cianjur,” “Geuning dulur keneh,” atau “Asa dahar di lembur sorangan,” pun

berhamburan.

Kadang-kadang keluar kata-kata takjub, “Ini di Bandung atau di Bali? Kok ngomongnya Sunda semua.”

Ternyata, Haji Endang tak hanya mengelola rumah makan di GWK. Ia juga membuka bisnis serupa di dua tempat strategis lainnya di Pulau Bali, yakni di depan Joger Pantai Kuta dan food court Kuta Galeria.

Sama seperti di GWK, dua outlet itu pun menonjolkan ciri khas kesundaan. “Khusus untuk outlet di Kuta Galeria, saya juga menjual oleh-oleh khas Bandung,” kata H. Endang, yang untuk mengelola tiga rumah makannya mempekerjakan empat belas karyawan.  (*)

Berita Terkait

Tag

terpopuler

News

Terkini

Loading...
Load More
Ikuti Kami

Dapatkan informasi terkini dan terbaru yang dikirimkan langsung ke Inbox anda