SuaraTasikmalaya. id - Presiden Jokowi menyayangkan banyak WNI yang berobat ke luar negeri, komedian Kiky Saputri mencuitkan komentarnya. Perdebatan pun terjadi.
Dilansir dari coconuts.co, 10 Maret 2023, Presiden Jokowi mengatakan standar perawatan medis Indonesia cukup tinggi sehingga kita tidak perlu mengekspor pasien ke luar negeri, namun banyak orang Indonesia yang merasa perlu berobat ke luar negeri.
Salah satunya ternyata mertua komedian Kiky Saputri.
“Mertua saya didiagnosa stroke telinga karena gangguan pendengaran mendadak. Seorang dokter di Indonesia memberikan suntikan di telinga dan itu memperparah masalah pendengaran,” tulis Kiky dalam cuitannya.
“Kami akhirnya pergi ke rumah sakit di Singapura dan dokter di sana tertawa, mengatakan tidak ada yang namanya stroke telinga. Mertua saya menderita flu yang mempengaruhi telinga, dan sekarang sudah sembuh.” kata Kiky.
Tweet Kiky menuai kecaman dari para dokter Indonesia yang terkenal di media sosial, yang menuduhnya meremehkan profesional medis di tanah air.
Pada saat yang sama, banyak netizen membelanya, berbicara tentang pengalaman mereka berurusan dengan dokter Indonesia yang impersonal, yang tidak seperti dokter di luar negeri.
Kementerian Kesehatan Indonesia pun hari ini menanggapi komentar Kiky.
Kementerian mengakui bahwa Indonesia membutuhkan reformasi legislatif untuk mengatasi kekurangannya di bidang kedokteran, seperti peralatan medis dan tenaga kerja.
Baca Juga:Alhamdulillah, 250 Ribu Guru PPPK Tahun 2022 Telah Mendapatkan Penempatan!
Dikatakan bahwa Kiky salah menggeneralisasi bahwa dokter Indonesia lebih rendah dari rekan-rekan mereka di luar negeri.
“Kita harus yakin, pasti, akan potensi negara kita. Dokter kita bagus, rumah sakit kita bagus,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Mohammad Syahril
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menggemakan sentimen tersebut.
“Rumah sakit (di Indonesia) enggan membeli peralatan canggih karena mahal dan pajaknya tinggi. Ini pekerjaan rumah pemerintah. IDI sudah mengimbau kepada presiden untuk memberikan keringanan pajak obat dan alat kesehatan,” kata Wakil Ketua IDI Slamet Budiarto .
“Makanya pasien lari ke Penang, Singapura. Layanan medis di sana lebih lengkap karena peralatan medis canggih memungkinkan dokter leluasa menggunakan alat diagnostik. Dari segi kualitas, dokternya sama [seperti di Indonesia]. Mereka memiliki keterampilan yang sama.” kata Slamet. (*)