Scroll untuk membaca artikel
Selasa, 31 Januari 2023 | 09:35 WIB

Biografi Singkat KH Khoer Affandi Ulama Kharismatik dari Tasikmalaya, Pendiri Ponpes Miftahul Huda Kakek Wagub Jabar

Kangdar
Biografi Singkat KH Khoer Affandi Ulama Kharismatik dari Tasikmalaya, Pendiri Ponpes Miftahul Huda Kakek Wagub Jabar
KH Khoer Affandi ulama kharismatik dari Tasikmalaya dan pendiri ponpes Miftahul Huda (tangkapan layar HAMIDA)

SuaraTasikmalaya- KH Khoer Affandi merupakan salah satu ulama kharimastik di Tasikmalaya bahkan di Indonesia. Pendiri Ponpes Miftahul Huda Manonjaya Kab Tasikmalaya Jawa Barat ini  dikenal sebagai sosok pribadi yang teguh pendirian dan mahir mengembangkan pendidikan pesantren.

Terbutki pesantren Miftahul Huda tersebar di seluruh Jawa Barat bahkan Sumatera, alumninya selain mengabdikan diri di pesantren juga banyak yang jadi pengusha dan duduk di pemerintahan. Salah satunya H Uu Ruzhanul Ulum wakil Gubernur Jawa Barat yang juga cucu Ua Khoer.

Ribuan Alumni Miftahul Huda yang tergabung dalam HAMIDA (Himpunan Alumni Miftahul Huda) merupakan aset bangsa yang mengabdi ke masyarakat. Setiap tahun mereka berkumpul di Manonjaya untuk memperingati Haul pesantren. Meski telah tiada nama Ua Khoer tetap masih harum.

Siapa sebenarnya KH Khoer Affandi? Berikut bograpi singkatnya.

Baca Juga:Tata Cara Puasa Rajab 2023 dan Amalan yang Dilakukan Para Ulama Menurut Abah Aos


Bernama kecil Onong Husen lahir pada hari Senin tanggal 12 September 1923 M di kampung Palumbungan Desa Cigugur Kecamatan Cigugur Kewedanan Cijulang Ciamism kini Kabupaten Pangandaran.

Silsilah Kh Khoer Affandi menyambung ke raja Mataram. Beliau adalah putera  dari Pasangan Raden Mas Abdullah bin Hasan Ruba’I yang masih mempunyai keturunan Raja Mataram dan Siti Aminah binti Marhalan yang mempunyai keturunan dari Wali Godog Garut.

KH. Choer Affandi merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, beliau mempunyai kakak yang bernama Husein (Darajat) dan seorang adik perempuan yang bernama Husnah (Emih).

Menurut KH. Abdul Fatah (Aa), dalam darah Onong Husen mengalir darah bangsawanan dan darah ulama yang dominan dalam membentuk kepribadian KH. Choer Affandi.

Hal ini, terbukti dengan sikap Uwa yang sangat tertarik pada ilmu-ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum.

Baca Juga:Berguru ke Ulama Sufi Penerus Abah Anom, Keluarga Anang Hermansyah-Ashanti Mengaku Sekarang Makin Tenang

Pada waktu itu ayah KH. Choer Affandi adalah pegawai Belanda. Hal ini menjadi kekhawatiran tersendiri bagi neneknya yang bernama Haesusi terhadap KH. Choer Affandi, sehingga setelah Onong Husen menamatkan pendidikan umumnya di HIS, maka pada tahun 1936 M neneknya membujuk Onong untuk mengaji di Pesantren KH. Abdul Hamid.

Perjuangan Uwa Ajengan dalam Mengemban Da’wah

Uwa Ajengan memasuki masyarakat biasa dan selalu tidak luput daripada mencari murobby. Yang dimaksud dengan mencari murobby adalah betapa sulitnya menjadi hamba Alloh yang sebenarnya.

Inilah salah satu bentuk kerendahan hati Uwa yang patut jadi perhatian kita bersama.

KH. Abdul Fatah (Aa) merupakan anak sulung dari Uwa. Setelah Aa dewasa, Aa diangkat jadi ajudan terakhir dan sekretaris pribadi KH. Choer Affandi, hingga hembusan nafas terakhir Uwa di RSHS Bandung.

Ketika itu yang menyaksikan langsung adalah Aa dan Umi Hj. Sofiyah. Aa bertindak sebagai pendamping Uwa dhohir dan batin. Pendamping batin maksudnya supaya Uwa utuh menghadap Alloh sebagai al-alim, al-almah dan al-waro’.

Aa berada di posisi kanan Uwa, dan Umi di sebelah kiri Uwa. Umi talkin kepada Uwa dengan kata-kata: “Pa, bade mangkat menghadap Alloh mah sing buleud, ulah melang kana hanca pamurukan, putra, putu, mantu sanggup neraskeun.”

Inilah benar-benar Uwa istri sebagai mujahidah, mujahidah yang merupakan ciri dari muhibbin sesuai dalam arti kelembagaan.

Mulyana Uwa istri seperti mujahid kaljasa dilwahid dengan Uwa yang tidak ada kecanggungan, sama-sama dalam jalur minalloh, ‘alalloh, ilalloh, fillah.

Talkin Aa ka Uwa : “Maaf beribu maaf ka Alloh, hakekat ka Alloh” bari dicepeng taarna.

“Apa yakinkeun kupangersa moal muntah tina title apa ti Alloh sebagai mujahid, muhajjir, muhibbin, kalayan engke ngahisina apa tos janten urang akherat, ayeuna mah ngawujud aqli anu sangat dirahasiakan oleh Alloh (kecuali yang telah diberi tahu, yang se-thoriqoh).”

Saur apa (Uwa) : “Apa alim menghadap Alloh di ieu tempat (RSHS) tapi mau di Miftahul Huda”. Uwa selalu mengatakan : “Hayu urang balik, embung di dieu, hayang di pasantren”.

Dan ketika apa (Uwa) menghembuskan nafas terakhir, Aa mengucapkan Alhamdulillah, karena beliau pergi menghadap Alloh dengan tersenyum,  pada hari Jum’at pukul 21.30. Namanya telah tiada bagi warga Jawa Barat Ua Khoer adalah sosok ulama kharismatik.

Murid-muridnya masih mengamalkan amanah atau nasehat Ua Khoer

Berita Terkait

Tag

terpopuler

Aneka

Terkini

Loading...
Load More
Ikuti Kami

Dapatkan informasi terkini dan terbaru yang dikirimkan langsung ke Inbox anda